Gerakan Reformasi Wahabi Dalam Islam Pada Abad 18
Gerakan Reformasi Wahabi Dalam Islam Pada Abad 18

Gerakan Reformasi Wahabi Dalam Islam Pada Abad 18

Gerakan Reformasi Wahabi Dalam Islam Pada Abad 18

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Gerakan Reformasi Wahabi Dalam Islam Pada Abad 18
Gerakan Reformasi Wahabi Dalam Islam Pada Abad 18

Gerakan Reformasi Wahabi Dalam Islam Pada Abad 18 Tentunya Ini Juga Memiliki Banyak Sekali Kontroversi Yang Terjadi. Wahabi adalah sebuah gerakan reformasi dalam Islam yang muncul pada abad ke-18 di Semenanjung Arab. Gerakan ini di dirikan oleh seorang ulama bernama Muhammad bin Abdul Wahhab, yang lahir pada tahun 1703 di Najd, Arab Saudi. Ia mengajarkan pentingnya kembali kepada ajaran murni Islam sebagaimana yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Tujuan utama gerakan ini adalah memurnikan akidah umat Islam dari praktik-praktik yang di anggap menyimpang. Contohnya seperti pemujaan terhadap makam wali, bid’ah, dan takhayul. Wahabi menekankan konsep tauhid (keesaan Allah) secara mutlak, serta menolak segala bentuk perantara antara manusia dan Tuhan.

Kemudian gerakan Wahabi berkembang pesat setelah Muhammad bin Abdul Wahhab menjalin kerja sama politik dengan Muhammad bin Saud. Ini pendiri Dinasti Saud yang kemudian menjadi kerajaan Arab Saudi. Kolaborasi ini membuat ajaran Wahabi menjadi dasar keagamaan resmi di wilayah tersebut. Dalam pandangan Wahabi, umat Islam harus kembali kepada Al-Qur’an dan Hadis secara literal. Ini tanpa menafsirkan ajaran dengan pengaruh budaya atau tradisi lokal. Karena pandangan ini sangat ketat, banyak pihak yang menganggap Wahabi sebagai gerakan konservatif dan keras terhadap kelompok Islam lain. Ini yang memiliki perbedaan cara beribadah atau pemahaman teologis.

Lalu meski sering di kaitkan dengan sikap keras, Gerakan Reformasi Wahabi sebenarnya memiliki tujuan utama untuk menegakkan kemurnian ajaran Islam. Mereka menolak segala bentuk pemujaan terhadap manusia atau benda, karena di anggap menyekutukan Allah. Dalam praktik ibadah, kaum Wahabi sangat menekankan kesederhanaan dan keikhlasan. Mereka juga mengajarkan pentingnya menjaga moral, menjauhi kemewahan berlebihan. Serta menegakkan hukum-hukum Islam secara tegas. Namun, pandangan mereka yang ketat terhadap hal-hal seperti perayaan maulid. Lalu ziarah kubur dan penggunaan jimat seringkali menimbulkan perdebatan di kalangan umat Islam, terutama di luar Arab Saudi.

Awal Adanya Gerakan Reformasi Wahabi

Sehingga ini kami akan menjelaskan tentang Awal Adanya Gerakan Reformasi Wahabi. Awal kedatangan Wahabi bermula pada abad ke-18 di wilayah Najd. Ini yang kini menjadi bagian dari Arab Saudi. Gerakan ini lahir dari pemikiran seorang ulama bernama Muhammad bin Abdul Wahhab (1703–1792), yang prihatin melihat kondisi keagamaan masyarakat Islam pada masanya. Saat itu, banyak umat Islam di Jazirah Arab melakukan praktik yang di anggapnya menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Contohnya seperti berdoa kepada wali, mencari berkah di makam orang suci, dan menggunakan jimat. Ia menilai praktik-praktik tersebut sebagai bentuk kemusyrikan yang bertentangan dengan prinsip tauhid, yaitu keesaan Allah. Dari sinilah muncul gagasan untuk mengembalikan ajaran Islam kepada sumber utamanya, yaitu Al-Qur’an dan Hadis.

Kemudian Muhammad bin Abdul Wahhab mulai menyebarkan ajarannya di daerah kelahirannya, Najd. Namun mendapat banyak penolakan dari masyarakat setempat dan para pemimpin suku. Ajaran yang ia bawa di anggap terlalu keras karena menentang tradisi dan kebiasaan masyarakat yang sudah lama berlangsung. Meski demikian, perjuangannya mendapat titik terang ketika ia bertemu dengan seorang pemimpin lokal bernama Muhammad bin Saud pada tahun 1744. Pertemuan ini menjadi momen penting dalam sejarah awal berkembangnya Wahabi. Karena keduanya sepakat untuk bekerja sama: Abdul Wahhab menyebarkan ajaran agama. Sedangkan bin Saud memberikan dukungan politik dan militer.

Lalu kerja sama antara dua tokoh ini menghasilkan kekuatan baru yang memperluas pengaruh ajaran Wahabi ke berbagai wilayah di Semenanjung Arab. Dengan dukungan militer dari keluarga Saud, gerakan Wahabi berhasil menguasai banyak daerah. Ini termasuk Mekkah dan Madinah pada awal abad ke-19. Dalam wilayah yang di kuasai, mereka menerapkan hukum Islam yang ketat berdasarkan ajaran tauhid dan menolak segala bentuk praktik yang di anggap bid’ah atau syirik. Meskipun sempat di tentang oleh Kesultanan Ottoman. Lalu pengaruh Wahabi terus bertahan dan menjadi pondasi ideologi keagamaan di kerajaan yang kemudian di kenal sebagai Arab Saudi.

Kontroversi Wahabi

Untuk ini kami jelaskan tentang Kontroversi Wahabi. Kontroversi mengenai Wahabi muncul karena ajarannya yang di anggap terlalu keras dan eksklusif dalam menafsirkan Islam. Gerakan ini menolak segala bentuk praktik yang tidak secara langsung bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Contohnya seperti ziarah kubur, perayaan maulid Nabi, dan penghormatan terhadap wali. Bagi pengikut Wahabi, praktik tersebut termasuk perbuatan bid’ah dan dapat mengarah pada kemusyrikan. Namun, bagi sebagian umat Islam lain, pandangan ini di anggap terlalu sempit dan mengabaikan nilai budaya. Serta tradisi keagamaan yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Muslim selama berabad-abad. Ketegasan Wahabi dalam menolak tradisi tersebut membuatnya sering di pandang sebagai gerakan intoleran terhadap keragaman praktik keagamaan.

Kemudian kontroversi semakin meningkat karena sikap Wahabi terhadap kelompok Islam lain yang tidak sejalan dengan ajaran mereka. Kaum Wahabi kerap menilai bahwa sebagian umat Islam telah keluar dari kemurnian tauhid karena mengikuti amalan sufi atau tradisi lokal. Hal ini menimbulkan gesekan antarmazhab dan kelompok keagamaan. Ini terutama di negara-negara dengan populasi Muslim yang beragam seperti Mesir, Indonesia dan Pakistan. Banyak ulama menilai bahwa pendekatan Wahabi yang terlalu kaku dalam memahami teks agama dapat menyebabkan perpecahan di antara umat Islam. Kritik lainnya datang dari kalangan moderat yang menganggap Wahabi terlalu menekankan aspek hukum dan larangan. Ini tanpa memperhatikan nilai kasih sayang dan toleransi dalam ajaran Islam.

Lalu selain dalam hal teologis, Wahabi juga menuai kontroversi dalam bidang politik dan sosial. Gerakan ini memiliki hubungan erat dengan pemerintahan Arab Saudi. Ini yang menjadikannya sebagai ideologi resmi negara. Dukungan finansial dan politik dari kerajaan tersebut membuat ajaran Wahabi tersebar luas ke berbagai negara melalui lembaga pendidikan, masjid dan kegiatan dakwah. Namun, sebagian pihak menuduh penyebaran ini sebagai bentuk ekspor ideologi yang dapat mengikis tradisi Islam lokal. Bahkan, beberapa kalangan Barat mengaitkan ajaran Wahabi dengan munculnya kelompok radikal. 

Wahabi Di Indonesia

Dengan ini kami beritahukan tentang Wahabi Di Indonesia. Wahabi di Indonesia mulai di kenal pada awal abad ke-19, bersamaan dengan meningkatnya hubungan antara ulama Nusantara dan Timur Tengah. Ini khususnya Mekkah dan Madinah. Banyak pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di tanah suci dan berinteraksi dengan ulama pengikut ajaran Wahabi. Sepulangnya ke tanah air, sebagian dari mereka membawa gagasan pembaruan Islam yang menekankan kemurnian tauhid dan penolakan terhadap praktik-praktik keagamaan yang di anggap tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad. Pada masa kolonial Belanda, ajaran Wahabi sering di salahpahami sebagai gerakan politik radikal. Karena semangat purifikasi dan penolakannya terhadap adat yang bercampur dengan ajaran Islam.

Lalu pemerintah kolonial bahkan menggunakan istilah “kaum Padri” untuk menyebut kelompok yang terinspirasi oleh ajaran Wahabi di Sumatra Barat. Ini yang kemudian memicu terjadinya Perang Padri (1803–1837). Meskipun awalnya gerakan ini bersifat keagamaan, konflik dengan kaum adat membuatnya berkembang menjadi perjuangan sosial dan politik. Ini telah kami jelaskan tentang Gerakan Reformasi Wahabi.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait